Tuesday, February 25, 2014

Teori Proses Perbandingan Sosial, Sosiometri, dan Analisis Proses Interaksi



Teori Proses Perbandingan Sosial, Sosiometri, dan Analisis Proses Interaksi

       I.            PENDAHULUAN
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk individu. Konsekuensinya adalah bahwa ia akan berusaha memenuhi kebutuhan individunya terlebih dahulu. Setelah itu baru kebutuhan yang lain (kebutuhan sosialnya). Bagi Cicero, setiap makhluk hidup mencintai dirinya sendiri. Konflik yang melanda manusia itu sendiri terkadang lebih terfokus pada proses pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri. Kadang-kadang alam lingkup sosial, kebutuhan individu ini lebih ditekankan daripada kebutuhan sosial dan kemasyarakatan.
John Donne pernah mengatakan bahwa “Tidak seoran manusia pun merupakan sebuah pulau yang cukup diri; setiap manusia adalah kepingan dari benua dan merupakan bagian dari keseluruhan.” Esensi manusia sebagai makhluk yang tidak terlepas dari orang lain inilah yang membuatnya behubungan dan berinteraksi dengan orang lain. (Nurudin, 2004: 43)
Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita dengan kelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki posisi yang sama dengan kita. Prasangka terlahir ketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok. Artinya keadaan status yang tidak seimbanglah yang akan melahirkan prasangka (Myers, 1999). Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif setara prasangka yang ada kurang kuat.
    II.            PEMBAHASAN
A.    Teori Proses Perbandingan Sosial
Menurut Peter L. Berger (1991), hubungan antara manusia dengan masyarakat yang lain berlangsung secara dialektis dalam tiga moment; eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi adalah suatu pencurahan kedirian dunia baik dalam aktivitas maupun mentalitas. Melalui eksternalisasi manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Masyarakat melalui eksternalisasi, menjadi kenyataan buatan manusia.
Objektivasi adalah disandangnya produk-produk aktivitas (baik fisik maupun mental) suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya (dalam hal ini manusia itu sendiri) dalam suatu kefaktaan (faktisasi) yang kksternal terhadap yang lain, daripada produsennya sendiri. Masyarakat berhadapan dengan manusia adalah kenyataan yang berhadapan. Internalisasi adalah peresapan kembali realitas oleh manusia dan mentransformasikannya sekali lagi struktur-strukur dunia objektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subjektif. Dengan kata lain, melalui eksternalisasi, masyarakat adalah produk manusia (menjadi kenyataan yang diciptakan oleh manusia) melalui objektivasi masyarakat menjadi kenyataan sendiri yang berhadapan dengan manuisa dan melalui internalisasi manusia merupakan produk masyarakat (menjadi kenyataan yang dibentuk masyarakat).
Komunikasi sebagai proses sosial adalah bagian integral dari masyarakat. Secara garis besar komunikasi sebagai proses sosial di masyarakat memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1.      Komunikasi menghubungkan antarberbagai komponen masyarakat.
2.      Komunikasi membuka peradaban (civilization) baru manusia. Menurut Koentjaraningrat (1997), istilah peradaban dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Komunikasi telah mengantarkan peradaban negara Barat menjadi maju dalam ilmu pengetahuan.
3.      Komunikasi adalah manifestasi kontrol sosial dalam masyarakat.
4.      Komunikasi berperan dalam sosialisasi nilai ke masyarakat.
5.      Individu berkomunikasi dengan orang lain menunjukkan jati diri kemanusiaan dan identitas sosial seseorang. (Nurudin, 2004: 45-48)
·         Definisi Perbandingan Sosial (Social Comparison)
Festinger menyebutkan bahwa teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluation) dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain.
Masing-masing orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda sehingga menyebakan dirinya melakukan perbandingan diri dengan orang lain. Gejala ini disebut sebagai perbandingan sosial. Perbandingan sosial terjadi manakala orang merasa tidak pasti mengenai kemampuan pendapatnya maka meraka akan mengevaluasi diri mereka melalui perbandingan orang lain yang sama. Perbandingan sosial merupakan proses otomatis dan spontan terjadi. Umumnya motif yang dilakukan manusia dalam melakukan perbandingan sosial adalah untuk mengevaluasi diri sendiri, memperbaiki diri sendiri dan meningkatkan diri sendiri.
Manusia dalam melakukan perbandingan sosial berlaku dalil umum sebagai berikut :
·         Persamaan (similarity hypothesis) : artinya manusia melakukan perbandingan dengan orang-orang yang sama dengan dirinya (laterla comparison) atau yang sedikit lebih baik dan umumnya manusia tersebut berjuang untuk menjadi lebih baik.
·         Dikaitkan dengam atribut (related atribut hypothesis) : artinya manusia melakukan perbandingan dengan melihat usia, etnis dan jenis kelamin yang sama
·         Downward comparison : manusia kadang membandingkan dirinya dengan orang yang lebih buruk dari dirinya. Umumnya ini dilakukan untuk mencari perasaan yang lebih baik atau mengabsahkan diri sendiri (self validating). Disini muncul dalil bahwa manusia kadang tidak objektif dalam melakukan perbandingan sosial. (Sarwono, 2004: 102)
Teori Sosial Comparison menyatakan bahwa setiap orang akan melakukan perbandingan antara keadaan dirinya sendiri dengan keadaan orang-orang lain yang mereka anggap sebagai pembanding yang realistis. Perbandingan sosial semacam ini terlibat dalam proses evaluasi diri seseorang, dan dalam melakukannya seseorang akan lebih mengandalkan penilaian subyektifnya dibandingkan penilaian obyektif. Bila masyarakat terlanjur membentuk pandangan bahwa penampilan fisik yang ideal itu adalah seperti yang dimiliki para model yang ditampilkan dalam media massa, maka akan ada kecenderungan bahwa individu akan membandingkan dirinya berdasarkan standar yang tidak realistis.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa orang-orang yang sebenarnya memiliki proporsi tinggi badan serta berat badan yang normal mungkin saja memiliki penilaian yang negatif mengenai tubuhnya karena menggunakan tubuh model-model yang dilihatnya di media masa sebagai pembanding. Sampai batas tertentu, proses berpikir kritis terhadap diri sendiri memang akan membantu seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara sehat dan untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Perbandingan sosial manusia ada perbandingan ke atas dan perbandingan ke bawah. Ketika seseorang mengalami perbandingan sosial ke atas, maka ia merasa rendah daripada orang yang dijadikan perbandingan tersebut. Sedangkan pada perbandingan sosial ke bawah, hal tersebut bersifat positif.Artinya orang tersebut merasa lebih beruntung daripada orang lain yang dijadikan perbandingan.
Leon Festinger membedakan antara kenyataan fisik dengan kenyataan sosial. Apabila pendapat, sikap, dan keyakinan kita dapat diukur secara fisik – mungkin dengan menimbang sesuatu atau mengukur panjang lebar atau tinggi – itu berarti kita berhubungan dengan kenyataan fisik, sehingga mungkin kita tidak perlu lagi saling berkomunikasi. Akan tetapi bila pendapat, sikap, serta keyakinan kita tidak didasarkan pada kejadian yang mudah diukur, dan dan kalau dapat ditemukan bukti-bukti yang mendukung atau mungkin membantah pendapat, sikap serta keyakinan tersebut, maka kita berhadapan dengan kenyataan sosial, dan ini dapat diukur secara baik dengan berkomunikasi dengan orang orang lain yang kita anggap penting bagi kita.jadi komunikasi kelompok acapkali timbul karena adanya kebutuhan individu-individu untuk membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan kemampuan mereka sendiri dengan orang lain.
Menurut pendapat Festinger, dorongan yang kita rasakan untuk berkomunikasi tentang suatu kejadian dengan anggota lain dalam kelompok akan meningkat bila kita menyadari bahwa kita tidak setuju dengan suatu kejadian, apabila kejadian itu makin menjadi penting, dan apabila sifat ketertarikan kelompok juga meningkat.
B.     Sosiometri
Sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, strukutur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Tehnik sosiometri dikemukakan oleh Moreno, yang bertujuan untuk meneliti hubungan antara anggota kelompok di dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, sosiometri banyak digunakan untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok.
Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi.
Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau ranking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi. (Sendjaja, 1994: 111-114)
Dengan sosiometri, maka akan dapat diketahui kesukaran seseorang dalam kelompoknya, baik dalam pekerjaan, belajar di sekolah maupun dengan teman-teman bermain, menyelidiki kitidaksukaan terhadap teman kelompoknya serta dapat diketahui kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri di dalam suatu kelompok dan akan membantu usaha pembentukan ketrampilan dalam bidang kemasyrakatan.
Baik tidaknya hubungan sosial individu dapat dilihat dari segi berikut:
1.      Frekuensi Hubungan, yaitu sering tidaknya seseorang mengadakan hubungan dengan orang lain. Makin sering orang itu bergaul pada umumnya individu itu makin baik dalam hubungan sosialnya.
2.      Intensitas Hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya anak atau orang didalam pergaulannya atau intim tidaknya mereka bergaul. Teman yang intim berarti mempunyai intensitas yang mendalam, adalah merupakan teman akrab, yang lebih baik hubungannya daripada teman yang kurang intim.
3.      Popularitas Hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul dapat digunakan sebagai kriteria pula untuk melihat baik buruknya dalam hubungan sosialnya.
Sosiometri hanya dapat dilakukan apabila guru atau konselor mempunyai hubungan yang baik dengan kelompok, sebab jika tidak maka jawaban dan pilihan dapat dibuat-buat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tehnik sosiometri yaitu:
1.      Guru atau konselor merumuskan dengan seksama pilihan yang diajukan kepada murid (berapa banyaknya murid yang harus dipilih).
2.      Dalam mempersiapkan pertanyaan, guru atau konselor harus yakin besar bahwa semua murid mempunyai pengertian yang sama terhadap pertanyaan yang diajukan.
3.      Sosiometri hendaknya disesuaikan dalam kondisi dimana murid-murid tidak dapat saling mengetahui jawabannya.
4.      Guru atau konelor harus menyadari bahwa pilihan-pilhan murid-muid merupakan suatu informasi yang bersifat rahasia.
5.      Murid hendaknya mengerti ujuan sosiometri.
6.      Data sosiometri bersifat rahasia dimana murid dalam menuliskan pilihannya tidak ada murid lain yang tahu, hanya guru atau konselorlah yang mengetahuinya. (Mungin Edi Wibowo, 1984: 68-71)



C.     Analisis Proses Interaksi
Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mendasar, sosial dilakukan melalui suatu proses yang disebut dengan interaksi sosial. Menurut Kinball Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Oleh karena itu, tanpa intaraksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Menurut Gillin dan Gillin, interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis antara perorangan, antar individu, dan antar kelompok manusia. Dari pengertian tersebut, kita dapat membedakan pola-pola interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam wujud sebagai berikut:
a.       Interaksi sosial antar individu
Apabila dua individu bertemu, proses interaksi pun dimulai pada saat mereka saling mengulurkan tangan, berjabat tangan, dan berkomunikasi. Walaupun dua individu yang bertatap muka itu tidak saling mengadakan aktivitas, sebenarnya interaksi sosial telah terjadi karena masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan perasaan dan syaraf orang-orang yang bersangkutan.
b.      Interaksi sosial antar individu dan kelompok
Ditunjukkan dalam contoh seorang guru yang sedang mengadakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pada tahap awal, guru mencoba menguasai kelasnya sehingga proses interaksi sosial akan berlangsung dan berjalan seimbang antara guru dan kelompok siswa. (Niniek Sri Wahyuni S.IP,2004:23)
Analisis proses interaksi Bales adalah sistem keseimbangan (equilibrium). Semua unsur-unsur berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama kategori tigas dan kategori sosio-emosional, dan dua kategori tersebut dibagi sama dalam unsur positif dan unsur negatifnya. Selain itu penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang terlibat dalam kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan tugas selama satu tahapan sidang, cenderung “mempertahankan keseimbangan mereka”. Hal ini dilakukan dengan cara meluangkan waktu yang lebih lama pada kegiatan sosio-emosional dalam tahapan sidang berikut, dan begitu juga sebaliknya.
Menganalisis proses merupakan bagian penting dalam Grounded Theory. Yang dimaksud dengan analisis proses adalah pengaitan urutan tindakan/interaksi. Kegiatan analisis ini terdiri dari penelusuran terhadap; (a) perubahan kondisi, (b) respon (strategi aksi/interaksi) terhadap perubahan; (c) konsekuensi yang timbul dari respon, dan (d) penjabaran posisi konsekwensi sebagai bagian dari kondisi.
Pada penelitian Grounded Theory, analisis proses bukan merupakan bagian dari tahapan kegiatan, tetapi sebagai cara untuk mempertajam analisis dalam pengkodean (khusus pada pengkodean terporos dan pengkodean terpilih). Hasil analisis proses itu juga perlu ditunjukkan dalam penulisan laporan penelitian. Maksud analisis proses ini adalah sebagai cara untuk menghidupkan data melalui penggambaran dan pengaitan tindakan/interaksi untuk mengetahui urutan dan atau rangkaian data. Dalam pengaitan itu tidak hanya untuk mengenali urutan waktu atau kronologi suatu peristiwa, melainkan yang lebih penting adalah untuk menemukan keterkaitan antara stimulus, respon, dan akibat. Kondisi, respon, dan konsekwensi harus dilihat sebagai tiga hal yang terus bergerak secara dinamis dan berputar mengikuti garis lingkaran.
Dalam prakteknya, proses dapat dilihat sebagai pergerakan progresif dan dapat pula dilihat sebagai pergerakan nonprogresif. Kedua perspektif proses ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Proses sebagai pergerakan progresif; Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif, maka peneliti dapat mengkonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau tahapan. Cara ini cukup baik untuk penelitian yang membahas tentang perkembangan, sosialisasi, transformasi mobilitas sosial, imigrasi, dan peristiwa sejarah. Hal penting yang perlu diingat di sini ialah bahwa kesemua unsur paradigma Grounded Theory harus berperan dalam menjelaskan rentang waktu dan variasinya, di mana keterkaitan atau hubungan-hubungan antar unsur tetap dapat dieksplisitkan.
Proses sebagai pergerakan nonprogresif; Bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi secara kronologis, karena tidak jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat dinyatakan sebagai langkah-langkah dan fase-fase progresif yang runtut. Untuk fenomena seperti ini, peneliti dianjurkan untuk menganalisis penggantian atau perubahan tindakan/interaksi yang terencana sebagai tanggapan atas perubahan kondisi.
(http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-Grounded-Theory-Approach.html14/11/2011/14:30)
 III.            PENUTUP
Perbandingan sosial merupakan suatu proses dimana seseorang individu membandingkan dirinya dengan orang lain. Manusia berusahan mencari perbandingan yang kecil, bila terlalu tinggi maka individu tersebut akan merasa tidak nyaman.
Perbandingan sosial manusia ada perbandingan ke atas dan perbandingan ke bawah. Ketika seseorang mengalami perbandingan sosial ke atas, maka ia merasa rendah daripada orang yang dijadikan perbandingan tersebut. Sedangkan pada perbandingan sosial ke bawah, hal tersebut bersifat positif.Artinya orang tersebut merasa lebih beruntung daripada orang lain yang dijadikan perbandingan.
Sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, strukutur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok.
Analisis proses interaksi adalah sistem keseimbangan (equilibrium). Semua unsur-unsur berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama kategori tigas dan kategori sosio-emosional, dan dua kategori tersebut dibagi sama dalam unsur positif dan unsur negatifnya.
Ketiga teori ini saling berkesinambungan dalam hal komunikasi kelompok yang mengarah pada kehidupan sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia
Sarwono, Sarlito Wirawan, 2004,Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta : PT Rajawali Pers
Sendjaja,Sasa Djuarsa,1994,Pengantar Komunikasi,Jakarta:Universitas Terbuka
Wahyuni S.IP, Yusnianti, Niniek Sri. 2004, Manusia dan Masyarakat “Pelajaran Sosiologi untuk Kelas 1 SMA”. GANECA EXACT
Wibowo, Mungin Eddy, 1984, Tehnik Bimbingan dan Konseling Jilid 1, Semarang: Institut Perguruan dan Ilmu Pendidikan

No comments:

Post a Comment

Cerita Nyata

BAPAK HOBI SELINGKUH Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku, sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 t...